Saturday 5 December 2009

SEEKOR BUAYA TAKKAN MAMPU MENGALAHKAN SERIBU CICAK

Buaya merupakan salah satu hewan buas yang tidak mempunyai rasa kasihan ketika menyerang mangsanya. Dia tidak segan untuk mencabik daging musuhnya saat amarahnya tengah memuncak, dengan cara apapun akan ia lakukan hal itu asalkan nafsunya bisa terpenuhi. Sedangkan cicak adalah salah satu reptelia yang mempunyai kecepatan dan kecekatan untuk kabur, dia mempunyai tipu daya untuk mengelabui musuhnya, bahkan cicak bisa saja membunuh musuh yang lebih besar darinya dengan tipu daya dan kecerdikannya sehingga musuhnya terperangkap di dalam jebakan strateginya.
Mungkin seperti itulah perumpamaan koruptor dengan KPK atau CICAK (cinta Indonesia Cinta KPK). Koruptor dengan kekuatannya yang besar akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang puluhan juta meskipun rakyat yang akan menjadi korbannya. Dan KPK atau CICAK layaknya seekor cicak dengan gesitnya menyusup ke sela-sela sarang buaya yang menakutkan lalu dengan kecerdikannya dia menjebak buaya itu hingga tak berdaya di meja hijau.
Seperti itulah sepak terjang KPK sejak dibentuk pada tahun 2004 silam oleh Presiden Susilo Bambang Yodhoyono, dengan gesit dan cerdik mereka mampu menangkap koruptor-koruptor rakus yang tidak mempunyai rasa kasihan terhadap rakyat. Namun akhir-akhir ini ada beberapa pihak yang sepertinya iri dengan sepak terjang KPK dengan CICAKnya. Mereka seakan dengan sengaja menyudutkan KPK. Mereka merasa terganggu dengan kinerja KPK yang semakin hari semakin semakin baik.
Bukti kongkrit yang bisa dilihat dari itu adalah perseteruan antara Polri dengan KPK yang memang sampai sekarang masih menjadi topic hangat pembicaraan baik antar masyarakat maupun tulisan-tulisan di beberapa rubrik di berbagai media. Dari berita-berita yang ada di beberapa media kita dapat menyimpulkan bahwa KPK memang dengan sengaja disudutkan. Mereka mungkin merasa terganggu dengan keberadaan dan kinerja KPK yang mereka rasa akan membuat rahasia mereka terungkap kepada publik, sehingga mereka membuat beberapa masalah yang kemudia membuat KPK tersudutkan.
Masalah-masalah itu bisa kita buktikan. Pertama adalah kasus pembunuhan terhadap Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin Zulkarnaen beberapa bulan yang lalu yang melibatkan ketua KPK non-aktif Antasari Azhar sebagai salah satu tersangka. Seperti yang kita ketahui bahwa sampai detik ini kasus itu belum menemukan titik pencerahan siapakah yang ada dibalik semua itu. Dalam kasus tersebut dapat kita rasakan bahwa kasus tersebut dipermainkan oleh Polri karena dalam kasus tersebut terlibat Antasari Azhar yang ketika masih menjabat menjadi ketua KPK mampu menceploskan penjabat-pejabat tinggi ke balik jeruji besi karena terbukti melakukan korupsi.
Dalam kasus tersebut terlibat pula mantan Kapolres Jakarta Selatan Williardi Wizard. Dia mengatakan bahwa kasus Antasari tersebut sudah ada skenario yang disusun oleh beberapa orang dari Polri. Menurut pengakuannya dia diminta para penyidik untuk membuat berita acara sesuai dengan kehendakknya yang intinya untuk menjerat Antasari. Karena jaminan dari pihak kepolisian, terlebih dari pimpinan Polri maka Williardi memenuhi permintaan tersebut. Namun nyatanya keesokan harinya oleh Polisi dia diplot menjadi salah satu tersangka dari kasus pembunuhan tersebut.
Dalam kasus yang lain, yaitu kasus Suap yang juga melibatkan pihak KPK yaitu, Bibit Samad Riyanto dan Chandra M. Hamzah terdapat bukti bahwa dibalik kasus tersebut ada peran polisi dalam skenarionya. Yaitu pertemuan Susno Duadji, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri dengan Anggoro Widjojo yang menjadi salah satu tersangka dalam kasus penyuapan tersebut di Singapura. Memang, Undang-Undang Polri tak melarang pejabat polisi bertemu tersangka atau buronan, tetapi etika dan moralitas pejabat yang digaji uang rakyat harus bisa mencegahnya. Juga sampai saat ini sosok Yulianto yang kabarnya menjadi penurus uang suap dari Anggodo kepada pihak KPK belum jelas.
Nah bukti-bukti itulah yang menjadikan masyarakat dan media mengklaim adanya keterlibatan Polri dalam dua kasus tersebut. Dan tidak dapat dipungkiri pula bahwa keterlibatan Polri dalam penyusunan skenario kasus pembunuhan dan penyuapan tersebut dilatarbelakangi adanya buaya besar rakus yang merasa terganggu dengan kinerja kelompok cicak yang semakin hari semakin solid untuk memberantas buaya-buaya serakah tidak punya belas kasihan terhadap rakyat.
Mungkin buaya yang ada di balik Polri dan aparat penegak hukum lainnya mempunyai kekuatan besar untuk mengalahkan cicak KPK. Tapi cicak yang dimilik KPK tidak hanya satu CICAK saja tapi seribu cicak dari seluruh Indonesia yang sangat cerdik dan mempunyai kerja sama tim yang cukup solid sehingga sulit untuk Buaya rakus tersebut untuk mengalahkan cicak.


0 comments: