Thursday 24 December 2009

MENJADI SANG PEMIMPI

"Bermimpilah. Maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu". Itulah perkataan Arai pada Ikal, dalam film Sang Pemimpi saat mereka mau memulai bermimpi. Sebuah film karya sutradara ternama Riri Reza yang tayang sejak 17 Desember lalu di bioskop seluruh Indonesia. Film ini merupakan sekuel dari film Box Office Laskar Pelangi yang terlebih dahulu ditayangkan pada akhir 2008 kemarin. Namun, tulisan ini tidak akan membahas tentang film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Andrea Hirata itu, melainkan akan membahas sebuah pesan yang ada di balik ceritanya, yaitu pesan agar kita berani bermimpi dan mengejarnya tanpa mengenal lelah.
Bermimpi memang hal yang mudah, setiap orang pasti bisa bermimpi, bahkan setiap kali kita terlelap mimpi itu akan datang dengan sendirinya tanpa diminta. Bermimpi yang dimaksud bukanlah sekedar bermimpi. Bukan hayalan yang kita adaptasi dari kisah-kisah fiktif. Bukan pula apa yang kita lihat dalam tidur kita lalu kita membuatnya menjadi fakta, bukan. Tapi mimpi yang dimaksud di sini adalah sebuah ide besar, cita-cita setinggi langit yang mustahil untuk meraihnya tanpa usaha dan kerja keras.
Dalam kisah Sang Pemimpi, bermimpi bisa sekolah di Eropa, di Paris Prancis dan bisa menjelajahi Eropa Afrika merupakan hal yang mustahil bagi seorang anak miskin dari kampung terpencil di pulau Belitong, sebuah pulau kecil di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, seperti Arai dan Ikal. Namun hal itu tidak lagi mustahil ketika mereka berani bermimpi dan berani menggapainya meski seribu rintangan harus dilewati dan terus berjuang tanpa sempat berkenalan dengan kata 'menyerah' hingga mimpi itu tercapai.
Kisah-kisah tentang meraih mimpi tidakh hanya diceritakan dalam film ini, melainkan banyak sekali. Salah satnya yang mungkin masih melekat dalam ingatan kita adalah kisah Wright bersaudara (Wilbur Wright dan Orville Wright). Semuanya berawal ketika dua bersaudara itu sedang duduk melihat langit, saat itu melintas seekor burung di atas mereka berdua. Dan tersiratah dalam benak mereka, mimpi untuk bisa terbang seperti burung dan melihat isi bumi dari atas sana.
Langkah awal yang mereka tempuh adalah membuat replika sayap burung yang mereka letakkan di kedua tangan mereka, tapi ternyata alat itu tidak mampu membantu membantu mereka untuk terbang, mereka gagal. Ternyata kegagalan tidak membuat mereka menyerah, mereka terus mencari ide, mencoba satu alat lain dan yang lainnya lagi hanya untuk bisa mengejar mimpi mereka, bisa terbang seperti burung. Tapi ternyata kegagalan masih menyertai mereka. Hingga suatau ketika, seubah ide datang menghampiri pikirang mereka, sebuah ide tentang pesawat terbang, mereka pun mencoba menerapkan ide mereka, dan kali usaha mereka tidak sia-sia. Mereka bisa terbang dengang sebuah alat yang mereka berinama Wright Flyer, pesawat yang mampu terbang sejauh empat mil.
Eep Syaifullah Fatah, salah satu intelektual dari Universitas Indonesia pernah berkata, "Mimpi adalah setengah cita-cita. Cita-cita adalah setengah dari rencana. Rencana setengah dari kerja keras. Dan kerja keras adalah setengah dari keberhasilan". Dalam Islam pun diajarakan tentang usaha tanpa kenal lelah, atau yang lebih dikenal dengan istilah ikhtiar, ikhtiar merupakan sebuah usaha untuk mencapai apa yang kita inginkan, yang kita mimpikan, berusaha tanpa kenal lelah yang disertakan doa sepanjang waktu kepada Allah. Tak lupa pula, usaha tersebut harus disertai keyakinan bahwa setiap usaha akan mendapatkan balasan dari Allah. Seperti yang difirmankan oleh Allah, ”Aku seperti apa yang dipikirkan hambaku”. Artinya, jika kita berpikir dan yakin bahwa Allah akan memberikan apa yang kita mimpikan, maka apa yang telah kita yakini tersebut akan dikabulkan oleh Allah, serta dipermudahkan jalan untuk mencapainya.
Sebenarnya inti dari semua itu adalah bagaimana kerja keras kita untuk menghadapi proses yang akan kita lalui untuk mengejar mimpi-mimpi kita. Kita melihat kesuksesan sesorang bukanlah kesuksesan itu sendiri, tapi kita melihat proses panjang yang dia lalui untuk mencapai kesuksesan itu. Dan sekali lagi, penulis katakan, mimpi bukanlah hayalan, tapi mimpi merupakan awal dari sebuah perubahan. Mari kita bermimpi! Mari kita jadi Sang Pemimpi.


0 comments: