Sunday, 17 April 2011

JOURNEY TO BE JOURNALIST

Perjalanan ini diawali dengan rencana terbitnya Tabloid Solidaritas IAIN Sunan Ampel Surabaya edisi Mei 2011. Kebetulan pada edisi tersebut redaksi sepakat untuk mengangkat tema tentang multikulturalisme di indonesia dan salah satu sub temanya tentang kerukunan beragama suku Tengger yang berada di lereng gunung Bromo, Pobolinggo, Jatim.  Setelah itu, kami memutuskan siapa saja yang bertugas untuk liputan ke Bromo yang terdiri dari empat orang. Yaitu, Ubeid selaku Pimred, aku, Amir, dan Uul. Kami berempat sepakat untuk memulai liputan di Tengger tanggal 15 April 2011, hari jumat. Menurut rencana kami akan berada di sana selama dua hari sampai...


Monday, 11 April 2011

Sepotong Malam di Kotamu

Gemerlap malam kotamu telah membiusku Dan membuatku enggan tuk tinggalkannya   Sepotong roti bakar berselai rindu Dan segelas susu coklat tanpa gula Menjadi hidangan makan malamku Setelah ku lantunkan syair-syair Tuhan Di sudut putih kotamu   Perbincanganku tentang wanita bersepda hitam dan putih Dengan lelaki tambun berwajah oval itu Membuatku tak bisa memainkan dawai tipis gerimis Di kening langit   Gemerlap malam kotamu Telah membangkitkan kembali insomniaku Membuatku tak bisa menikmati sejuknya Angin malam yang begitu lembut membelaiku   Ingin sekali aku beranjak dari sini Tapi kisah tentang penyair bisu Yang ku tulis di prasasti depan rumahmu Tak kunjung mampu ku selesaikan   Lalu saat pagi mulai menguap, Para wanita berfarfum sembilu...


Thursday, 7 April 2011

Amnesia

              ;iwf   I Bukan puisi atau cerita tentang detektif Yang ingin ku bacakan untukmu malam ini Melainkan sebaris mantra api Dari dukun berwajah kelabu   Tak ada lagi hasratku Tuk menikmati hidangan makan malam Dihidangkan wanita berparas bisu itu   II Aku masih di sini Di trotoar kotamu Bercanda ria bersama para wanita setengah lelaki Sambil lalu memainkan nada-nada fals Dari negeri para tikus   Ada sedikit inginku Tuk kembali ke kotaku Tapi aku tak lagi ingat jalannya Bahkan seketsa gubuk biru itu Tak lagi mampu kulukiskan Di catatan harian   Malam ini, bersama aroma lumpur minyak kotamu Ku coba terlelap Sambil lalu menghapus sisa lumpur di wajahku Yang ku dapat dari badan halus roda kertamu...


Pages 261234 »