Monday 21 June 2010

Malam yang Tak Lelap

Pernahkah anda tidak bisa tidur semalaman karena terganggu beberapa hal. Yah, saya yakin anda pasti pernah merasakan hal itu. Dan hal itu saya alami semalam. Semalaman saya tidak bisa tidur. Sebenarnya, semalam saya sangat ngantuk sekali, ditambah rasa capek setelah mengerjakan tugas UAS seharian. Tapi, rasa capek tersebut seakan tidak ada apa-apanya. Rasa ngantuk itu hilang dalam sekejap saat saya ingin memejamkan mata saya. Saya terus mencoba untuk memenjamkan mata saya, tapi tak bisa. Saya tetap tidak bisa terlelap sedikitpun.
Saya tidak mengerti mengapa saya tidak bisa tidur semalam. Yang jelas saat saya mulai memejamkan mata, secara otomatis seorang wanita hadir dalam pikiran saya. Wanita itu teman dekat saya di LPM Solidaritas. Namun saya tidak bisa menyebutkan identitasnya di tulisan ini, karena saya rasa masih belum tepat saya mengungkapnya.
Bayangan wanita—yang selanjutnya saya inisialkan dengan IW—itu memenuhi otak saya. Saya mencoba untuk memejamkan mata lagi. Tapi bayangan IW terus saja mengganggu saya. Membuka kembali mata saya dan membuat rasa ngantuk dan capek yang tadinya saya rasakan hilang seketika.
Sebenarnya, di antara saya dan IW tidak ada apa-apa. Tidak ada yang spesial. Hanya saja beberapa hari terakhir ini saya sering memberikannya dengan beberapa teman saya. Juga dalam beberapa waktu terakhir ini saya sering saling berkomentar di Facebook. Saya semakin tidak mengerti saat saya mengingatnya saya merasakan sesuatu yang bergejolak di dada saya. Saya tidak mengerti.
Dan setelah saya shalat subuh tadi, saya merenung sejenak. Apa yang sebenarnya terjadi pada saya. Saya tidak bisa menyimpulkannya, yang jelas sesuatu yang tidak biasa telah terjadi pada diri saya dan hal itu berkaitan dengan IW. Sekarang saya hanya bisa berharap dan berdoa kepada Allah semoga saya mampu melaluinya dengan mudah. Amin.

Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel, 5:00 WIB. 21 Juni 2010


Thursday 10 June 2010

Berkunjung ke TVRI, Menyaksikan Kesenian Madura



Hidup di Surabaya nan jauh dari rumah membuat saya selalu merasa kangen pada kampung halaman saya, yaitu Sumenep ataupun Madura. Rasa kangen dan rindu seperti ini membuat saya selalu ingin bertemu dengan hal-hal yang berbau Madura, apapun itu. Padahal sebelum saya kuliah dan tinggal di Surabaya saya merasa kurang percaya diri ketika disinggung tentang hal-hal yang berbau Madura, baik itu seni, budaya ataupun hal lainnya yang berbau Madura. Namun hal itu sudah berubah saratus persen. Sekerang saya selalu berasa bangga dengan apapun hal-hal yang berbau Madura yang saya temui, terutama di Surabaya.
Tadi sore saya bersama teman-teman LPM Solidaritas serta teman-teman UKM lain yang sama-sama berada dibawah naungan Rektorat IAIN, menemani bapak Rektor Prof. Dr. Nur Syam, M.SI menghadiri acara Talk Show SEMANGGI (Semangat Menggali Inspirasi) di TVRI Jawa Timur.
Sebenarnya saya tidak menyangka akan diajak oleh senior LPM Solidaritas untuk mengikuti acara itu. Tiba-tiba saja tadi siang sehabis saya pulang kuliah senior saya di LPM Solidaritas SMS saya dan menyuruh saya untuk ikut acara tersebut. Tanpa pertimbangan lagi saya langsung berkata siap. Karena menurut saya acara ini pasti bakal bermanfaat dan akan menjadi pengalaman yang sulit dilupakan, serta ini adalah kesempatan yang mungkin saja tidak akan datang untuk kedua kalinya.
Saya menuju Studio TVRI jam 16.30 bersama teman-teman menggunakan bus milik IAIN. Sesampai di depan Studio TVRI, sungguh tak menyangka di parkiran tersebut saya melihat sebuah bison bernomor polisi Pamekasan, Madura. Saat itu tak terbersit sedikitpun di benak saya bahwa mobil bison itu berhubungan dengna acara yang akan saya hadiri ini.
Saat saya memasuki Studio 2, tempat acara Semanggi on Air, saya melihat alat-alat musik yang tidak asing bagi saya, alat-alat musik Ul-Daul khas Madura. Seketika itu pula saya menyimpulkan bahwa acara ini pasti berhubungan dengan Madura karena menghadirkan seni Madura. Dan benar, acara ini berhubungan sekali dengan Madura dan bahkan salah satu Nara Sumbernya adalah Bupati Pamekasan, Drs. KH. Khalilurrahman, SH., orang yang cukup sering saya jumpai di Madura. Dan acara yang berdurasi satu setengah jam bersebut dimulai dengan tema “Pendidikan, Kesehatan dan Kewirausahaan”. Sedankan nara sumbernya selain bapak Bupati Pamekasan adalah Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr. Nur Syam M.SI dan Direktur Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya, DR. Slamet Riyadi Suwono.


Perbincangan dan dialog yang dilakukan dalam acara itu berputar tentang pendidikan, kesehatan dan kewirausahaan di Jawa Timur terlebih di Pamekasan. Nah, yang membuat saya merasa bahagia dan bangga menghadiri acara itu adalah acara tersebut diselingi oleh penampilan kelompok Musik Ul-Daul asal Pamekasan. Memang saya bukan orang Pamekasan ataupun berdarah Pamekasan, tetapi tidak salah mungkin jika saya bangga karena music Ul-Daul itu memang sangat Madura sekali dan adanya hanya di Madura. Apalagi dalam penampilan tersebut ada seorang penyanyi Remaja yang juga orang Madura yang menyanyikan lagu-lagu Madura. Sungguh saya merasa sangat senang sekali menghadiri acara itu.
Mungkin tidak berlebihan jika saat ini saya kegirangan karena salah satu seni budaya Madura mulia dihargai oleh publik luar Madura. Karena dari dulu Madura identik carok ataupun dengan hal-hal yang berbau kekerasan. Dan pada saa ini mungkin semua orang yang menyaksikan acara di TVRI tadi akan tau bahwa orang Madura mempunyai sebuah seni yang patut dihargai dan diapresiasi.
MADURA, AKULAH DARAHMU!

Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel, 9 Juni 2010, 21:30


Tuesday 8 June 2010

Sebuah Cerita di Pagi Hari

Hari ini tanggal 8 Juni 2010, hari ini adalah hari tes seleksi masuk IAIN Sunan Ampel 2010. Saya pun teringat akan satu tahun yang lalu, pada saat saya baru pertama kali menginjakkan kaki di IAIN Sunan Ampel sehari sebelum pelaksanaan test seleksi 2009. Saat itu, menginjakkan kaki dan berada di lingkungan IAIN merupakan hal—yang pada saat itu—tidak pernah saya bayangkan. Betapa tidak, saat itu bagi saya yang masih berstatus santri Annuqayah kuliah di luar Annuqayah terlebih lagi di luar Madura merupakan hal yang sangat diimpikan saya. Sungguh masih teringat segar bayangan itu di ingatan saya.
Dan sekarang, satu tahun sudah berlalu. Saya sudah resmi menjadi mahasiswa IAIN Sunan Ampel. Dan tinggal di Surabaya pun mulai terasa biasa-biasa saja, tidak ada sesuatu yang lebih seperti saat saya baru saja masuk di IAIN Sunan Ampel.
Memang benar, dunia dan waktu terus berputar, kadang di atas kadang di bawah. Hal itu pun telah terjadi pada saya. Dulu yang sangat menginginkan hidup di kota, sekarang mulai terasa membosankan hidup di kota. Saat ini saya merasa hidup di desalah yang sepertinya lebih tenang dan tak terbebani apa-apa. Tapi karena setiap keputusan mempunyai resiko, maka saat ini saya harus menjalani resiko dari keputusan saya yang pada satu tahun lalu memilih untuk kuliah di IAIN Surabaya. Dan saya terus berharap bahwa apa yang telah terjadi dan akan terjadi merupakan sesuatu yang terbaik bagi saya. Amin….


Pesantren Mahasiswa IAIN, 8 Juni 2010