Tuesday, 23 November 2010

Memberantas ‘Buaya-Buaya’ di Indonesia

Masih ingatkah anda dengan julukan ‘buaya’ yang digunakan oleh KPK dan beberapa pihak lainnya setahun yang lalu untuk menunjukkan betapa bejatnya para koruptor dan mafia hukum di Negara kita ini? Tentunya masih ingat. Benar, julukan ini memang sudah jarang dipakai dan didengar lagi oleh kita. Tapi bukan berarti ‘buaya-buaya’ di Negara kita sudah punah. Tidak. ‘Buaya-buaya’ itu masih hidup dan berkembang biak dengan pesat. Setahun lalu, julukan buaya diberikan kepada Anggodo Widjojo yang diduga menyuap petinggi KPK, Bibit Samat Riyanto dan Chandra M. Hamzah, anggota KPK. Dan sekarang ini, setelah beberapa waktu lalu kita mendengar dan membaca kabar bahwa Gayus Haloman Tambunan tersangka kasus mafia pajak yang saat ini tengah berstatus sebagai tahanan di Rutan Mako Brimob Depok masih sempat...


Sunday, 7 November 2010

Fragmen Kereta Kematian

Akhirnya aku kembali ke stasiun tua iniSetelah satu abad laluSatu malam penuh aku di siniMenungunggu kereta dari negeri antah berantahYang kan membawaku ke rumah JibrilDulu, saat aku duduk di sini sendiriBersama nyanyian sendu para pelacurKau datang padakuDan menarikku keluar dari gerbong kereta kematianYang sempat ingin ku naikiKarena kereta yang kutunggu tak kunjung datangSambil mengajakku meninggalkan stasiun kumuh iniKau menceritakan banyak sekali kisah tentangDetektif-detektif pintar dari negeri sakuraJuga tentang para pendaki semeru yang menyukai angka limaSetelah mendengar semua ituKaupun melukiskan seribu awan merah jambuDi langit imajiku;begitu indahTak terlupakanNamun, sejak dua purnama yang laluKau pergi tanpa jejakTak ada selembar kabarpun tentangmuYang biasa kau kirimkan padaku...


Monday, 1 November 2010

REMBULAN DAN CAHAYA

Masih terngiang dengan jelas kata-katamuTentang rembulan yang ada di langit mimpimuDan selalu terangi gelap hatimuPernah ku bacakan syair surga untukmuYang ku dapatkan dari jibril sewindu yang laluSaat aku bertemu dengannya;syair tentang majnun dan lailaSaat itu aku lihat sebuah cahaya merah mudaDi matamuBegitu terangLalu saat kau tahu aku melihatCahaya ituKau menyembunyikannya di balikGunung nuranimuKu tanyakan padamu untuk siapaCahaya itu“Ini untuk Rembulan”Katamu sambil tersenyum padakuAh… betapa kau tak pernah melihatCahaya itu juga ada di matakuYang selalu ku peruntukkan padamu LPM Solidaritas, Nopember 2...


Pages 261234 »