Langit begitu cepat berubahmentari yang riang menyambut pagikini telah tak sadarkan diri dengan muka pucatBenar-benar tak pernah kubayangkankota yang kemaren sore masih kuanggapkota pahlawan ternyata sebuah kotaberpenghuni makhluk-makhluk tak bermukayang tak pernah belajar melukis senyumDi kota ini, tak sekejap pun embun memelukkumeski terkadang malam begitu senang menyambutnyabintanpun tak pernah mengunjungikumeski sudah berkali-kali kukirimkan surat padanyahanya angin dengan muka masam dan berbau alkoholterus menghampirikuDi kota ini, dengan bertubuh keringatkutapakkan kaki, kupejamkan matademi menunggu datangnya firman Tuhanyang kan Jibril bawa untukku subuh nantiOktober 2...