Monday 1 December 2014

Candi Menara Yang Istimewa

=Situs Candi Singosari

            Singosari adalah sebuah kerajaan yang menguasai Jawa sebelum Majapahit. Kerajaan itu lebih tersohor juga karena kisah Ken Arok dan Ken Dedes. Meski begitu, jangan lupakan Candi Singosari, yang memiliki hubungan erat dengan sejarah Kerajaan Singosari.
            Bila berkunjung ke Malang, tentu tidak lengkap jika tidak mampir di kompleks pariwisata purbakala di Kecamatan Singosari. Di kompleks tersebut banyak situs peninggalan Kerajaan Singosari yang masih utuh hingga saat ini. Salah satu yang paling banyak dikunjungi adalah Candi Singosari.
            Candi Singosari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi ini, menurut Soetikno, penjaga situs Candi Singosari, ditemukan pada sekitar awal abad 18 (tahun 1800-1850) yang kemudian oleh orang Belanda diberi nama atau sebutan Candi Menara. 
            Pemberian nama tersebut disebabkan bentuknya yang menyerupai menara. Sempat juga diberi nama Candi Cella oleh seorang ahli purbakala bangsa Eropa dengan berpedoman adanya empat buah celah pada dinding-dinding di bagian tubuhnya.

            Menurut laporan W. Van Schmid yang mengunjungi candi ini pada tahun 1856, penduduk setempat menamakan candi itu dengan Candi Cungkup. “Akhirnya nama yang hingga sekarang dipakai adalah Candi Singosari karena letaknya di Singosari. Ada pula sebagian orang menyebutnya dengan Candi Renggo karena letaknya di Desa Candirenggo,” kata Soetikno.
            Menurut laporan tertulis dari para pengunjung Candi Singosari dari tahun 1803 sampai 1939, dikatakan, Candi Singosari merupakan kompleks percandian yang luas. Di dalam kompleks tersebut terdapat tujuh buah bangunan candi yang sudah runtuh dan banyak arca berserakan di sana-sini. Salah satu dari tujuh candi yang dapat diselamatkan dari kemusnahan adalah Candi Singosari.
            Sayangnya, arca-arca yang terdapat di kompleks Candi Singosari kala itu banyak yang dibawa ke Belanda. Sedangkan arca-arca yang saat ini berada di halaman Candi Singosari, berasal dari candi yang sudah musnah. Bentuk bangunan Candi Singosari, cukup istimewa. Karena candi tersebut seolah-olah mempunyai dua tingkatan.
            Lazimnya, bilik-bilik candi berada pada bagian badan candi, namun pada Candi Singosari justru terdapat pada kaki candi. Bilik-bilik tersebut pada awalnya juga terdapat arca di dalamnya yakni di sebelah utara berisi arca Durgamahisasuramardhini, sebelah timur berisi arca Ganesha dan di bagian selatan terdapat arca Resi Guru yang biasa terkenal dengan sebutan Resi Agastya.
            “Saat ini hanya tinggal arca Resi Agastya. Arca lainnya sudah dibawa ke Leiden, Belanda. Alasan mengapa arca resi Agastya tidak dibawa serta ke Belanda adalah mungkin karena kondisinya yang sudah rusak parah, sehingga tidak layak dibawa sebagai hadiah kepada penguasa negeri Belanda, pada saat itu,” paparnya.
            Kecuali itu, ada hal lain yang menarik diamati pada Candi Singosari. Menurut Syakir Hidayat, Mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang (UM), hal tersebut adalah hiasan candi. Umumnya bangunan candi dihias dengan hiasan yang rata pada seluruh badan atau bagian candi. Pada Candi Singosari tidak terdapat hal yang demikian. Hiasan Candi Singosari tidak seluruhnya diselesaikan.
            “Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Candi Singosari dahulu belum selesai dikerjakan tapi kemudian ditinggalkan,” paparnya ketika menyambangi Candi Singosari bersama Derap Desa.
            Syakir bercerita, sebab-sebab ditinggalkannya candi tersebut berkaitan erat dengan adanya peperangan yang terjadi pada sekitar tahun 1292. Peperangan antara Raja Jayakatwang dari kerajaan Gelang-gelang dengan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari, yang menghancurkan Kerajaan Singosari.
            Raja Kertanegara beserta pengikutnya dibunuh.  Diduga, karena masa kehancuran (pralaya) Kerajaan Singosari itulah, maka Candi Singosari tidak terselesaikan dan akhirnya terbengkalai. Selain itu, di halaman Candi Singosari masih terdapat beberapa arca yang tersisa, beberapa di antaranya berupa tubuh dewa/dewi meskipun bisa dibilang tidak utuh lagi.
            Bahkan terdapat satu arca Dewi Parwati yang memiliki bagian kepala yang terlihat ‘aneh’. Tampaknya bagian tersebut bukan merupakan kepala arca yang sebenarnya. Karena kepala arca yang sebenarnya diduga putus dan tidak ditemukan lagi. (mtn)

Bersejarah dan Favorit Anak Muda
            Situs Candi Singosari menjadi destinasi wisata yang selayaknya  dikunjungi setiap orang Indonesia. Tidak hanya menjadi tempat wisata bersejarah, Candi Singosari seperti menjadi tempat wajib para kawula muda untuk bersantai di akhir pekan.
            Hal itu terbukti ketika Derap Desa singgah ke Candi Singosari, akhir Agustus 2014 lalu. Di halaman candi terlihat beberapa muda-mudi yang bercengkrama dan bercanda. Sambil berfoto-foto mereka terlihat menikmati sore di akhir pekan yang terasa sejuk di Kabupaten Malang. “Saya dan teman-teman memang sering datang ke sini. Biasanya cuma nongkrong dan foto-foto,” ungkap Arofi, siswa MA Al Maarif Singosari Malang.
            Menurut Soetikno, penjaga situs Candi Singosari, warga sekitar candi memang banyak yang sering mengunjungi candi tersebut. Pasalnya ada sebagian masyarakat yang masih melakukan ritual.  Kecuali itu, di akhir pekan tidak jarang para pemuda yang berbondong-bondong datang untuk berfoto bersama teman-temannya.

            “Kalau anak-anak muda itu biasanya datang ke sini foto-foto. Kadang di sini juga dijadikan tempat pemotretan majalah juga,” katanya. Tidak hanya dari daerah Malang saja, para pengunjung berdatangan dari luar Malang dan Jawa Timur. Bahkan, tak jarang turis mancanegara yang berkunjung ke candi peninggalan Kerajaan Singosari itu. (mtn)  

Tulisan Ini dimuat di Majalah Derap Desa Edisi 86, Desember 2014


0 comments: