Sunday 2 February 2014

LENTENG BARAT, KAMPUNG PRODUSEN KERIS DAN CELURIT


Desa Lenteng Barat, Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep adalah sentra para pandai besi di Sumenep dan Madura. Terbukti keris, celurit, dan pisau buatan Lenteng Barat memiliki kualitas terbaik.

Kamis 31 Oktober 2013, Sumenep mendeklarasikan diri sebagai kota keris. Pendeklarisian ini didasari dua hal; Pertama, terdapat lebih dari 554 empu keris di Sumenep. Kedua, keris-keris yang dihasilkan telah diakui UNESCO. Pengakuan UNESCO (United Nation Education, Scientific and Cultural Organization) tentu tak lepas dari kegigihan dan konsistensi para empu keris dan pandai besi yang berada di Kota Sumenep. Tak dipungkiri hingga saat ini Sumenep menjadi ‘gudang’ para pandai besi di Jawa Timur, bahkan di Indonesia.
Para pandai besi di Sumenep tersebar di berbagai penjuru kabupaten. Salah satunya Desa Lenteng Barat Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, desa yang terkenal sebagai kampung para pandai besi. Dari persentase jumlahnya, para pandai besi di Desa Lenteng Barat mencapai 30% dari jumlah penduduk 11.354 jiwa. Jumlah itu tersebar di tujuh Dusun, yaitu Jambu Monyet, Padanan, Tarebung, Gunung Malang Barat, Gunung Malang Timur, Bindung, dan Angsanah.

Dari tujuh dusun tersebut terdapat satu dusun yang menjadi sentral para pandai besi, yaitu Dusun Jambu Monyet yang kemudian dikenal sebagai ‘Kampung Pandhian’. Kata ‘Pandhian’ diambil dari bahasa Madura pandhi dengan asal kata mandhi yang artinya menempa besi. Sedangkan pandhian sendiri berarti tempat menempa besi. Kampung Pandhian ini memiliki mayoritas penduduk yang menjadi pandai besi, baik menjadi bos, atau hanya sekedar jadi kuli pukul.
Menurut Kepala Desa Lenteng Barat, Dororul A’la, meski mayoritas penduduk Desa Lenteng Barat terutama di Kampung Pandhian tercatat sebagai masyarakat agraris dan peternak, pekerjaan utama mereka tetap pandai besi atau mandhi. Kegiatan bercocok tanam dan beternak lebih sering mereka lakukan secara musiman saja seperti pada musim tanam tembakau atau jagung.
“Bagi sebagian orang di sana (kampung pandhian, red), bertani hanya mereka lakukan musiman saja karena mereka lebih sering mandhi, dan kalau pun mereka bertani yang mengurus tani mereka itu istrinya,” jelas Dorol, sapaan akrab Dororul A’la.
“Orang-orang itu banyak bilang kalau mau mencari pisau, celurit, atau cangkul yang tajam dan bagus, maka cari di Lenteng Barat,” tambah Dorol dengan logat Madura yang kental.
Hal senada juga dikatakan Mudahra, salah satu pandai besi di Kampung Pandhian. Ia mengaku, hasil tani yang ia tanam lebih banyak untuk kebutuhan dapur saja atau dimakan sendiri tidak dijual.
Sedangkan dari hasil menempa besi Ia alokasikan untuk kebutuhan luar dapur seperti biaya sekolah anaknya, bayar listrik, dan lainnya. “Hasil tani itu kan musiman, baru kalau panen hasilnya bisa diketahui. Berbeda dengan mandhi yang tiap hari pasti ada,” selorohnya saat ditemui di sela-sela kesibukannya menempa besi yang akan dibuat celurit dan pisau.
Dalam sebulan, hasil dari usaha pandhi bisa mencapai dua juta rupiah. “Paling sedikit sih sekitar satu juta setengah, tapi belum dikurangi modal dan upah kuli pukulnya. Kalau bersihnya kadang-kadang saya dapat 800an,” jelas Mudahra pandai besi yang hanya membuat celurit dan alat-alat pertanian seperti cangkul, pisau, dan linggis.

Sedangkan menurut pengakuan Romli, pandai besi yang hanya menempa besi untuk membuat senjata pusaka seperti keris dan celurit pusaka, penghasilannya dari mandhi bulan juga sekitar dua juta lebih. “Ya jumlahnya segitu dalam satu bulan. Kalau bersihnya mungkin sekitar satu juta. Bisa lebih banyak kalau ada yang mesen celurit sekep (pusaka, red),” jelasnya.

Tanah Kelahiran Keris dan Celurit
Lenteng Barat merupakan salah satu tanah kelahiran para Empu keris di Sumenep. Tercatat, 40 orang empu keris di Lenteng Barat. Salah satu dari 40 orang tersebut adalah Fadali. Pria berusia 41 tahun ini adalah satu pembuat keris terbaik di Desa Lenteng Barat. Keris hasil buatannya sudah tersebar di berbagai belahan Indonesia seperti Jakarta, Bali, Kalimantan dan lainnya.
Setiap bulan ia bisa menghasilkan 5-10 keris, tergantung kualitasnya. “Tergantung barangnya. Kalau yang ‘pamor’ (motif, gambar pada keris, red) dan bahannya bagus ya lebih lama buatnya. Karena keris kan ndak sama dengan celurit atau pisau,” ungkap Fadali sambil mengelap keringat yang bercucuran di wajahnya akibat hawa panas tungku pembakaran besi di sebelahnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Romli, pria berkulit sawo mateng ini menuturkan, selain keris ia juga membuat celurit sekep (pusaka) yang juga memiliki pamor. “Kalau celurit sekep kadang paling sedikit delapan buah. Tergantung banyaknya pesanan. Kalau orang ke saya lebih banyak yang mesen celurit ketimbang keris,” terang Romli.

Terkait ciri khas keris dan celurit buatan pandai besi Desa Lenteng Barat Romli menuturkan, keris buatan buatan Lenteng Barat memiliki tiga lima gelombang dan panjang dari 30-50 cm. “Yang sering dibuat sih yang 30 cm, soalnya itu lumrahnya ukuran keris. Kalau celurit sekep tak ada bedanya dengan buatan desa lain, cuma kalau buatan sini ada pamornya,” terangnya.
Sedangkan untuk pemasarannya, menurut Fadali, hampir keseluruhan keris buatan Lenteng Barat lebih banyak dibeli sebelum benar-benar selesai, atau masih mentah dengan pamor yang belum halus. Sehingga keris dari Lenteng Barat kurang dikenal lantaran yang memperhalus atau abharangin pamor kerisnya bukan orang Lenteng Barat atau si Empu kerisnya sendiri melainkan desa lain seperti desa Aeng Tongtong di Kecamatan Bluto. Berbeda dengan Celurit sekep yang memang pamornya dihaluskan dan dijual oleh pandhinya sendiri ke pasar atau pembeli datang ke rumah mereka.


DATA DESA
Kepala Desa                : Dororul A’la
Ketua BPD                 : Sunarwi
Sekretaris Desa           : Slamet Prayogi
Jumlah Penduduk       : 11.354 jiwa
Laki-Laki                    : 5.519 Jiwa
Perempuan                  : 5.835 Jiwa
Luas Desa                   : 1.100,41 Ha
Batas Utara Desa        : Desa Ellak Laok, Kec. Lenteng & Desa Gadu Timur, Kec. Ganding
Batas Timur Desa        : Desa Lembung Barat Kec. Lenteng
Batas Selatan Desa     : Desa Bilapora Rebba, Desa Bilapora Barat, Desa Bilapora Timur
Batas Barat Desa        : Desa Ganding & Desa Gadu Timur

Tulisan ini dimuat di Majalah DERAP DESA, Edisi 76 Februari 2014


0 comments: