Wednesday 8 May 2013

CATATAN SEHABIS PUASA MENULIS YANG PANJANG

Entah kenapa beberapa hari terakhir aku tiba-tiba merindukan masa-masa saat aku berada di Annuqayah dulu. Mungkin karena dalam beberapa minggu terakhir aku menjalin hubungan yang cukup intens dengan beberapa teman di Annuqayah dan juga putra Annuqayah. Ah, entahlah, yang jelas kondisi ini membuatku ingin menulis catatan ini.


Seingatku terakhir aku nulis karena keinginan sendiri itu sekitar setahun yang lalu. Dan sejak saat itu aku tak lagi menulis untukku sendiri, meski menulis mungkin karena tuntutan tugas dari beberapa oraganisasi yang aku geluti dan juga tugas kuliah. Tapi sore ini aku benar-benar ingin nulis catatan ini. Catatan yang entah jadi apa akhirnya nanti. Yang jelas aku hanya ingin nulis karena aku sudah lama tak menuruti nafsu menulisku untuk diri sendiri meski skripsi yang sebenarnya jauh lebih penting sedang jongkok di pojok kamar kosku.

Keinginan ini muncul secara tiba-tiba saat aku iseng-iseng googling namaku sendiri lalu muncul namaku dan salah satu puisiku yang berjudul “Pejabat Matahari” diposting di sebuah blog. Puisi itu sebenarnya puisi yang aku tulis tahun 2007 silam (enam tahun lalu, lama juga ya.. hehehehe) yang kemudian puisi itu aku ikutkan di sebuah lomba tingkat nasional yang diadakan oleh Perhimpunan INTI (Indonesia Tionghoa) di tahun yang sama dan kebetulan puisi itu lolos jadi finalis dan masuk dalam antologi INTI. Sekedar informasi, juri pada lomba tersebut adalah artis indonesia Rieke Diah Pitaloka yang sekarang jadi polikus itu. Tak tau dia Rieke Diah Pitaloka? Googling dulu deh.

Saat baca puisiku di blog itu aku sejenak berpikir, kok bisa ya si pemilik blog tau puisiku ini. Apa mungkin dia ikut lomba itu juga, atau hanya kebetulan dia suka sama puisinya saat dia baca puisi itu di sebuah antologi. Ah, entahlah.

Habis baca blog itu isengku masih ada ternyata. Aku googling lagi namaku, ternyata ada sebuah tulisan yang di blog milik Edu, salah satu temanku dulu di pondok. Tulisan itu isinya tentang kehidupan Edu selama berada di Annuqayah termasuk saat dia jadi finalis lomba tingkat Jawa Timur dan Nasional bersamaku dulu. Entah kenapa saat aku baca tulisan itu rasa rindu dengan Annuqayah makin menjadi saja. Bahkan aku lebih rindu lagi saat-saat aku masih suka nulis puisi (sekarang bukan ga suka, tapi males.. hehehe..). dan saat itu pula aku merasa terharu karena secara tidak langsung aku menjadi salah satu bagian sejarah kehidupan orang hebat seperti Edu, dan dia masih mengingatku meski aku sudah sangat jarang komunikasi dengannya.

Membaca tulisan Edu tersebut membuatku ingat saat aku sama dia jadi finalis lomba cipta puisi tingkat Nasional yang diadakan oleh IPB, dan karena itu pula untuk pertama kalinya aku bisa menginjakkan kaki di Ibu Kota Indonesia, Jakarta, GRATIS pula. Sungguh tak terbayang kebahagiaanku saat itu.

Sekilas aku teringat kalo dulu sewaktu aku masih ada di Annuqayah aku cukup produktif nulis. Bahkan beberapa tulisanku pernah dimuat di beberapa media Nasional dan lokal seperti Majalah Sastra Horison, Majalah Kuntum Yogyakarta, Radar Madura, dan pernah jadi finalis lomba tingkat Nasional seperti lomba yang diadakan oleh IPB dan Teater Kedok SMAN 6 Surabaya. Sekarang aku kenapa aku tak seproduktif dulu ya.. padahal dulu aku di blog Annuqayah tulisanku bisa dibilang sering muncul. Mungkin karena akhir-akhir ini rasa malasku lebih besar dari nafsu menulisku.

Nah, akhirnya seperti yang aku bilang di awal tadi, tulisan ini benar-benar tidak jelas arah dan tujuannya. Yah, namanya juga catatan yang dibuat oleh seorang yang baru nulis (lagi). Tapi paling tidak tulisan mengingatkanku bahwa aku harus terus berproses, bahwa apa yang aku peroleh dulu belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan prestasi teman-temanku seperti Edu, Faruq, atau Guruku Ra Musthafa dan Ra Faizi. Dan sepertinya aku harus belajar lagi tentang menulis, ada yang mau mengajariku? Semoga ada..

Terakhir, terima kasih untuk yang sudah meluangkan waktu untuk membaca. Terima kasih juga buat teman-temanku seperti Faruq, Zuhir, Memed, Dayat, Akeng, Ilyas, dan lainnya yang tak bisa aku sebut di sini, yang sudah berbagi banyak hal kepadaku. Juga terima kasih buat guru-guruku, Ra Musthafa, Ra Faizi, Ra Zammiel, Edu, dan lainnya atas ilmu yang pernah diberikan kepadaku.


2 comments:

M Mushthafa said...

puasa menulis itu makruh hukumnya...

Lelaki Tak Sempurna said...

semoga rasa malas hilang dan tidak mengerjakan yang makruh lagi.. :)