Wednesday 2 November 2011

Perempuan-Perempuan Itu

“perempuan datang atas nama cinta
bunda pergi karna cinta
digenangi air racun jingga dalam wajahmu
seperti bulan lelap tidur di hatimu
yang berdinding kelam dan kedinginan”

Sebait puisi ini cukup mewakili pengalaman dan pemahamanku tentang beberapa perempuan—yang tak memiliki ikatan denganku—yang pernah hadir dan memiliki keterkaitan erat denganku secara emosional.
Bagiku, perempuan merupakan sosok yang sangat penting. Jika diibaratkan dalam permainan sepak bola, perempuan seperti seorang play maker (pengatur permainan). Permainan bola yang bagus, mengalir dari kaki ke kaki dengan umpan-umpan cantik bergantung bagaimana si play maker itu mengatur ritmenya, tanpa seorang play maker maka sepak bola tak tampak kehindahannya. Begitu juga dengan perempuan, perempuan adalah salah satu bagian penting kehidupan kita, penentu keberhasilan, keindahan, keharmonisan, dan kekuatan kehidupan seorang laki-laki bergantung pada perempuannya. Karena bagi laki-laki termasuk diriku sendiri, perempuan adalah energi yang tak akan pernah hilang dan habis.
Tidak hanya itu, tanpa seorang perempuan tentunya kita semua tak akan bisa hidup di dunia ini karena kita lahir dari seorang perempuan atau lebih tepatnya seorang ibu. Di dalam Islam pun perempuan mempunyai tempat tersendiri, hal ini terbukti dengan beberapa hadits yang menerangkan tentang kemuliaan perempuan termasuk hadits tentang derajat seorang ibu tiga tingkat lebih tinggi dari seorang ayah. Bahkan ada hadits yang mengatakan “Surga ada pada telapak kaki seorang ibu”. Hal itu salah satu bukti kongkret bahwa seorang perempuan, termasuk juga ibu mempunyai peranan penting dalam kehidupan ini.
Nah, karena itu aku menulis tulisan ini. Yang aku ungkapkan sebenarnya bukan tentang ibuku melainkan beberapa orang perempuan yang pernah menghiasi hati dan hari-hariku (lebay dikit boleh lah. hehehe).
Seperti yang aku bilang di awal tulisan ini, perempuan bagiku energi. Hal ini yang aku rasakan saat aku dekat dengannya. Tapi ada satu hal yang mengganjal dalam benakku, aku sering menyebutnya ‘penyakit’. Penyakit itu datang saat aku semakin dengan seorang perempuan, sepertinya tak ada perempuan atau cewek yang benar-benar mau benar-benar memiliki hubungan yang lebih dekat denganku. Mereka seakan pergi lalu menghilang dariku.
Hal inilah yang sering membebani perasaanku. Apa mungkin aku tak pernah bisa untuk punya kedekatan yang benar-benar dekat dengan seorang wanita. Atau mungkin aku memang tak pernah pantas untuk mereka. Entahlah.
Di tulisan ini aku hanya ingin bercerita tentang seorang wanita, seorang perempuan, seorang cewek yang selama hampir dua tahun ini menempati sebuah ruang yang cukup besar di hatiku yang sepanjang tulisan ini aku akan menyebutnya dengan ‘dua’. Sebenarnya antara aku dengan Dua dari dulu tak pernah ada hubungan kedekatan yang seperti aku bilang di atas tadi, yang jelas selama beberapa bulan kita pernah dekat dan saling bercerita tentang banyak hal di kehidupan kita. Dia tau kalau ada sesuatu yang lebih dariku saat bersamanya, tapi dia mengatakan kalau dia tak bisa membalasnya. Cuma aku tetap menyimpan harapan meski sedikit bisa menjadikannya bagian penting dari hidupku. Sahabat-sahabatku sering mengatakan tidak seharusnya aku menaruh harapan padanya karena dia tak pernah menganggapku lebih dari sekedar teman satu organisasi saja.
Selama hampir dua tahun ini, setelah aku dekat dengannya aku pernah dekat dengan perempuan lain selain dirinya. Tapi tetap saja Dua tak bisa digeser dari ruang khusus di hatiku.
Seorang teman kecilku dan sahabatku, namanya Aye’ sering mengatakan bahwa aku sebenarnya aku bisa melupakan Dua jika aku mau. Tetapi selama ini menurutnya keinginanku untuk melupakan Dua hanya di mulut saja, hatiku tak pernah mau tuk mengahapus Dua.
Hal itu aku akui, ada sesuatu yang membuatku enggan tuk melupakannya. Bukan karena fisiknya yang memang banyak orang mengatakan bahwa Dua itu cantik, pinter atau yang lainnya. Tapi aku merasakan ada sebuah ketenangan saat aku berada di samping dia, saat aku memikirkannya, saat aku mengingat dan melihat wajah. Juga karena dia orang yang asyik tuk aku ajak cerita seputar komik Detektif Conan atau novel sastra yang bagus. Meski pun pada dasarnya Aye’ juga asyik tuk diajak cerita tentang komik Detektif Conan atau novel, tetapi sepertinya Dua mempunyai sesuatu yang lebih yang tak pernah aku temukan di orang lain.
Namun aku harus sadar bahwa keinginanku untuk menjadikan Dua sebagai energi dalam hidupku sulit untuk tercapai karena memang saat ini faktanya dia sudah jauh dariku. Aku tak mau memungkiri bahwa semuanya bergantung pada kehendak dan takdir yang Allah berikan padaku. Bisa saja Dua yang saat jauh dariku bisa tiba-tiba dekat dan lebih dekat denganku. Atau bahkan seorang yang aku anggap sahabat bisa menjadi pengganti Dua untuk selamanya, seperti kisah antara Riani dan Zafran dalam novel 5 cm. atau bahkan seseorang yang saat ini aku tak mengenalnya. Aku harus menerima semuanya kerena kita tak pernah tau apa yang Allah rencanakan untuk kita di masa depan.
Dan bagiku, seperti yang aku tulis di awal tulisan, perempuan mempunyai tempat tersendiri bagiku baik itu sebagai seorang yang sangat spesial, ibu, kakak, atau sahabat tetap aku berikan tempat spesial.
Nah, karena tulisan ini aku awali dengan bait pertama dari puisi dari film Ada Apa Dengan Cinta, maka aku akan menutupnya dengan bait terakhir dari puisi yang sama. ^_^
ada apa dengan cinta
tapi aku pasti akan kembali
dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya.
bukan untuknya, bukan untuk siapa
tapi untukku
karena aku ingin kamu,itu saja.”


1 comments:

siapa tahu said...

kau belum menemukan arti, Siapa :
1. perempuan
2. wanita
3. ibu
4. cewek

bila semua itu kau anggap sama. maka itu secara biologis saja yang kau nilai.

ingat kawan. cinta tidak butuh biologis saja.