Kau membawaku pada ujung gelisah yang curam
Sambil kau berikan sebungkus insomnia rasa coklat
Hidangan terbaik yang selalu kau suguhkan padaku
Bukan aku tak mau bersajak untukmu
Di pesta kembang api malam kemarin
Hanya saja saat itu aku berpikir
Arti hadirku di istana megahmu
Sedang kau dengan senyum purnama
Temani lelaki berwajah merah itu
Memainkan lidah apinya di depan rakyatmu
Bukan aku tak tau makna puisimu
Yang kau kirimkan lewat angin padaku
Dan beranjak dari tempat ini
Tapi aku menunggu datangnya kereta Azrail
Yang kata Jibril segera tiba saat malam mendaki puncaknya
Aku akui istana dan kotamu jauh lebih sejuk
Jauh lebih nyaman ketimbang istana wanita berambut biru
Dari kota lumpur itu
Tapi lelaki itulah yang membuatku enggan terlelap di sini
Meski sebenarnya kantuk benar-benar...