Tuesday 5 October 2010

MORE THAN WORS

More Than Words, lebih dari sekedar kata-kata atau dalam arti yang lebih luas ‘Jangan Hanya Bicara’. Dua kata di atas, ‘More than words’ dan ‘Jangan Hanya Bicara’, dua-duanya adalah judul lagu tentang perasaan sang pencipta lagu yang tak lagi butuh kata-kata atau pembicaraan atau perencanaan saja, tapi butuh bukti yang berupa sikap dan tindakan. Kalau menurut jargon salah satu produk rokok, Talk Less Do More.
Lagu pertama, ‘More Than Words’, dibawakan oleh salah satu grup vokal asal Irlandia yang populer sekitar tahun 1999 sampai 2001, Westlife. Dilihat dari liriknya, lagu ini lebih menekankan pada cerita tentang pasangan kekasih yang tak butuh sekedar kata-kata saja, tidak hanya sekedar kata cinta yang dilontarkan oleh mulut. Tapi sebuah sikap yang membuktikan bahwa kata cinta yang dikatakan sang kekasih tidak hanya sebuah kata-kata.
Sedangkan lagu kedua, ‘Jangan Hanya Bicara’, sebuah lagu yang dibawakan oleh artis, presenter dan penyanyi kocak Okie Lukman. Lagu ini tidak sepopuler lagu pertama, tapi setidaknya cukup sering diputar dibeberapa acara musik di beberapa stasiun telivisi swasta Negara ini pada tahun 2008. Dari segi lirik lagu kedua ini mempunyai ruang lingkup yang berbeda dengan lagu pertama, lagu ini ditekankan untuk mengkritik pemerintah Negara kita Indonesia yang hanya berkoar-koar dengan kata-kata dan janji-janji. Namun ketika di lapangan, tak ada satupun kata-kata dan janji-janji mereka yang terbukti. Mereka hanya bicara saja, dan lagu ini untuk itu, ‘Jangan Hanya Bicara’.
Pada intinya, dua lagu yang berbeda bahasa ini mengajak kita tidak hanya mengedepankan pembicaran di mulut saja tapi yang diperlukan adalah bukti dan realisasi. Di dalam segala hal kita tidak boleh hanya sekedar bicara tapi bukti. Baik itu dalam pemerintahan, bisnis, persahabatan dan juga cinta.
Banyak sekali orang-orang di Negara kita ini yang hanya mengedepankan kata-kata di mulut saja, hanya janji-janji. Pemerintah berjanji akan melaksanakan program Negara yang berupa ini atau itu yang mereka koarkan di Koran, di telivisi dan media pemberitaan lainnya. Tapi saat ditanya bukti, mereka tak bisa menjawab satu patah kata selain mengelak saja. Sedangkan pasangan suami istri atau pasangan kekasih, berjanji tidak akan mengkhianati cinta mereka, tidak akan menduakan pasangannya. Tapi jauh di belakang pasangannya, mereka selingkuh dengan orang lain, bercumbu dengan yang lain. Semua hanya bicara saja. Semua hanya—kalau menurut temen kampus saya—nyangkem tok, nggak onok buktine.
Dan belakangan ini ‘penyakit’ nyangkem tok ini mulai merambah ke dunia akademisi, terutama dunia kampus. Tidak hanya pemerintah yang bisa membuat janji-janji palsu, tapi para pengurus organisasi intra kampus dan civitas akademika pun bisa membuatnya. Dengan beribu kata-kata indah mereka berjanji tanpa bukti.
Hal ini sungguh sangat ironis sekali melihat mereka adalah agent of change dan agent of social control. Bahkan, yang paling mengiris hati adalah para mahasiswa ini juga saling menjelekkan kawan mereka sendiri hanya untuk satu tujuan, yaitu kekuasaan di organisasi.
Nah, dengan tulisan ini saya pribadi berniat untuk mengistrospeksi diri dan meminta para pembaca blog saya ini agar selalu mengingatkan saya agar tidak hanya bicara dalam segala sesuatu, tapi juga membuktikannya dengan sikap dan tindakan.
Saya ingin membuktikan hal ini untuk salah satu orang yang saat ini tengah saya kagumi, saya sayangi dan cintai bahwa semua yang saya katakan tempo hari pasti akan terbukti. Tolong ingatkan saya selalu, teman-teman.


0 comments: