Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH
Siapa
pun pasti penasaran, minimal bertanya-tanya, seperti apakah museum kesehatan
itu. Lazimnya, museum identik dengan tempat penyimpanan benda-benda peninggalan
sejarah di zaman atau masa lalu. Namun bagaimana dengan Museum Kesehatan Dr
Adhyatma MPH? Apakah benda-benda di dalamnya juga bernilai sejarah?
Bagi yang belum pernah berkunjung ke Museum Kesehatan Dr Adhyatma
MPH di kawasan Jl Indrapura No 17 Surabaya, bakal sulit menemukan lokasinya.
Selain minim papan penunjuk ke lokasia, letak gedung tersebut berada dalam satu
lokasi dengan Graha Indrapura dan Gedung Pelatihan Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat (PHKKPM). Wajar, gedung museum sulit ditemukan.
Padahal museum kesehatan terlengkap se-Indonesia itu
diresmikan sejak 2004. Tepatnya 14 September 2004, Menteri Kesehatan meresmikan
museum yang bernama Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH. Nama Dr Adhyatma dipakai
sebagai tanda jasa terhadap seorang dokter dan menteri yang sangat peduli terhadap
kesehatan rakyat jelata. Museum ini dibangun guna melengkapi museum kesehatan
yang ada di DI Jogjakarta, sejak tahun 1980.
Bedanya, museum yang di Jogjakarta memiliki gedung yang
cukup luas. Tetapi isi museum hanya sebuah prasasti pembukaan. Fungsi sebagai
museum juga belum dijalankan. Mestinya, museum kesehatan digunakan sebagai
tempat mengumpulkan koleksi, konservasi, penelitian, dan mengomunikasikan ke masyarakat
tentang ide, perilaku dan hasil karya manusia yang terkait dengan aspek
kesehatan.
Berangkat dari hal inilah pada tahun 1990, Dr dr Harijadi
Suparto dari Puslitbang Pelayanan Kesehatan merintis dan memotori berdirinya Museum
Kesehatan di Surabaya. Hanya waktu itu Museum Kesehatan Surabaya terbatas untuk
kalangan sendiri.
“Barulah tahun 2004, museum terbuka untuk umum setelah
disahkan Menteri Kesehatan RI (kala itu), Dr dr Achmad Sujudi MHA, dengan nama
Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH,” ucap Sartono, salah satu penjaga Museum
Kesehatan Dr Adhyatma MPH.
Sartono bercerita, sebelum museum berdiri, gedung yang
saat ini dipakai merupakan bekas sebuah rumah sakit kulit dan kelamin. Bahkan,
sebagian barang-barang museum merupakan peralatan medis yang digunakan
dokter-dokter ketika gedung tersebut masih dipakai sebagai rumah sakit.
Museum Dr Adhyatma didirikan dengan tujuan menyimpan dan
melestarikan benda-benda yang bernilai historis dalam hal kesehatan, hingga
sekarang. Dengan begitu dapat memberikan informasi kepada generasi sekarang dan
generasi mendatang tentang seluk-beluk kesehatan, budaya ilmu pengetahuan
sejarah, dan sebagainya.
Museum tersebut mengumpulkan dan menampilkan beberapa
peralatan kesehatan bersejarah sejak waktu awal hingga sekarang. Dengan
perkembangan teknologi, saat ini orang selalu dilayani dan dimanjakan dengan
alat-alat medis berteknologi canggih. Tetapi juga perlu diketahui bahwa di
waktu awal, terdapat alat-alat medis sederhana yang turut berperan.
“Koleksi benda di museum ini mencapai ratusan buah dan
merupakan sarana pelayanan kesehatan yang digunakan sejak 1950. Museum
kesehatan ini juga dilengkapi laboratorium pengobatan dan obat tradisional, laboratorium
tenaga dalam, laboratorium akupunktur, dan perpustakaan,” papar Sartono.
Kecuali itu, Museum ini juga memiliki koleksi mengenai
semua benda-benda bersejarah dalam pelayanan kesehatan dari berbagai daerah,
ras/etnis, dan agama/kepercayaan. Termasuk berbagai koleksi Adhyatma ketika
menjabat Menteri Kesehatan tahun 1988 hingga 1993.
Koleksi tersebut diperlihatkan dalam bentuk asli,
imitasi, replika, dan foto atau gambar. Bahkan, dalam sanana budaya--sebuah
ruangan yang menampilkan alat-alat medis berdasarkan budaya di Indonesia--juga
terdapat berbagai macam benda-benda santet.
Koleksi benda-benda satet tersebut semakin lengkap dengan adanya foto ronsen atau sinar-X
dari tubuh pasien yang terkena santet. “Koleksi ini sebagai bukti bahwa santet
itu ada. Tapi bukan lantas kita mengajak pengunjung mempercainya. Ini sebagai
tambahan pengetahuan, agar kita bisa berhati-hati dalam menjaga tubuh dan
keluarga,” imbuh Sartono. (mtn)
Mistis di Balik Peralatan Santet
Konon, museum kesehatan itu dianggap memiliki cerita
mistis yang berhubungan dengan peralatan yang ada di museum tersebut. Ada pula
yang mengatakan museum tersebut sebagai museum santet lantaran menampilkan
berbagai macam benda seputar santet.
“Memang kalau benda-benda santet di sini banyak. Bahkan
sampai perlengkapan melakukan santet juga ada. Kalau pas melihat koleksinya
kadang saya merasa merinding. Apalagi kalau lewat dekat boneka jailakung itu,”
kata Indra, salah satu pengunjung Museum Dr Adhyatma, sambil menunjuk boneka
jailangkung yang ada di sasana budaya.
Memang, koleksi benda-benda yang dipajang di Museum Dr
Adhyatma memberi kesan mistis dan seram. Apalagi, di sasana budaya yang
menampilkan benda-benda santet dan mistik lain khas masyarakat Indonesia, seperti
boneka jailangkung semakin menambah nuansa mistik.
Bahkan, Sartono sendiri selaku petugas di Museum Dr Adhyatma,
tidak menyangkal adanya nuansa mistis. Hanya, menurutnya, aura tersebut muncul
bukan lantaran benda-benda santet yang dipajang, tetapi karena bangunan yang
sekarang digunakan sebagai museum merupakan bekas rumah sakti. Apalagi
arsitekturnya masih sangat kuno.
“Sejujurnya, saya belum pernah mengalami hal-hal mistis
di museum ini seperti benda bergerak sendiri atau penampakan dan semacamnya. Hal-hal
tersebut ‘kan bergantung kepercayaan masing-masing orang. Kalau saya, yang
penting tidak mengganggu saja,” tuturnya. (mtn)
Tulisan Ini dimuat di Majalah Derap Desa, Edisi 88 Februari 2015