=Desa Sidomulyo,
Kecamatan Batu, Kota Batu
Ada beragam
sebutan yang disandang beberapa daerah. Sebutan itu kadangkala mempertegas
keberadaannya, seperti Desa Seribu Bunga yang disematkan untuk Desa Sidomulyo,
Kecamatan Batu, Kota Batu. Disebut demikian, karena nyatanya di desa tersebut
tersebar ribuan jenis bunga warna-warni. Seperti apakah kondisinya?
Desa
Seribu Bunga, tidak lagi hanya ada dalam cerita fiksi atau dongeng. Adalah Desa
Sidomulyo, yang benar-benar ditumbuhi lebih dari seribu jenis bunga. Desa
tersebut juga tampak segar, asri, hijau dan berwarna-warni oleh mekarnya
kembang sepanjang tahun. Itu berbeda dengan daerah kebanyakan di Jawa Timur,
yang hingga Bulan November masih ada yang kering.
Sidomulyo adalah desa yang terletak
di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu berkisar 18-23
°C. Tanahnya pun relatif subur. Lantaran tanah subur inilah berbagai macam
tanaman, terutama bunga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Wajar bila
Sidomulyo dijuluki sebagai Desa Seribu Bunga lantaran beragam macam bunga
tumbuh di sana.
“Bunga memang menjadi ikon desa kami.
Lebih dari seribu jenis bunga ada di Sidomulyo,” kata kepala desa (Kades)
Sidomulyo, Suharto. Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh seluruh warga
Sidomulyo. Mereka berlomba-lomba membudidayakan berbagai macam jenis bunga. Mulai
dari mawar, melati, teratai, dan berbagai macam jenis lainnya.
Tak hanya pekarangan, kebun, halaman
rumah atau tepi jalan, sawah pun mereka tanami bunga. Karena dari bungalah income itu didapat. Data yang diterima
Derap Desa, dari jumlah penduduk sekitar 7.649 jiwa, 90 persen di antaranya adalah
petani bunga.
Kades Suharto tak mengelak jika kehidupan warganya sangat bergantung pada
bunga. Karena selain menjadi petani bunga, warga Sidomulyo juga menjadi
pedagang bunga dan tengkulak bunga. Itu bisa dilihat dari kondisi sepanjang
jalan protokol Desa Sidomulyo, yang dipenuhi kios dan toko bunga.
Kios-kios tersebut tiap hari
didatangi pembeli dari berbagai daerah. Harganya pun variatif dan relatif
murah, mulai dari Rp 500 perbatang hingga ratusan ribu rupiah untuk bunga-bunga
hias dengan kualitas nomor wahid. Selain dijual di kawasan Malang Raya,
bunga-bunga Sidomulyo juga dikirim ke luar kota seperti Kediri, Surabaya, dan
kota di luar Jawa Timur.
Bahkan, daerah luar Jawa, seperti
Bali, Kalimantan, dan Sumatera termasuk menjadi pasar bunga-bunga hasil tanah
Desa Sidomulyo. “Setiap dua hari sekali saya kirim bunga ke Kediri, Surabaya
dan kota lain di Jatim. Kalau luar pulau seperti Sumatera dan Kalimantan, bergantung
pesanan. Tapi sekali kirim bisa lebih dua truk,” kata Ahmad Syahroni, salah
satu tengkulak bunga Desa Sidomulyo.
Sejak Zaman
Belanda
Keberadaan Desa Sidomulyo sebagai
desa bunga sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Bahkan, semasa Kolonial Belanda,
desa itu sudah terkenal sebagai desa yang memiliki potensi alam yang cocok
untuk tanaman bunga. “Bertani bunga itu sudah jadi warisan nenek moyang warga
desa sini. Karena sejak kecil kami memang diajari bertani bunga,” cerita
Suharto.
Seakan tak ingin kehilangan potensi
alam yang cukup bernilai, Pemkot Batu sejak tahun 2012 memberikan perhatian
cukup spesial terhadap Desa Sidomulyo. Kala itu, berbekal dana Rp 2 miliar dari
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Walikota Batu, Eddy Rumpoko
merintis Desa Sidomulyo menjadi Desa Wisata Bunga. Hal itu
mendapat
sambutan positif dari banyak pihak.
Tak hanya warga Desa Sidomulyo,
warga dari luar daerah ikut bergembira dengan adanya Desa Wisata Bunga. Sejak
saat itu, banyak wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia berbondong-bondong
mendatangi Sidomulyo. Mereka datang tak sekadar berwisata, tetapi juga belanja
bunga sambil menambah pengetahuan seputar budi daya bunga.
Meski para wisatawan datang tidak
untuk membeli bunga, para petani bunga Sidomulyo tak masalah. Bahkan, ketika
ada salah satu wisatawan yang bertanya tentang budi daya bunga, mereka dengan
senang hati menjelaskannya atau bahkan memberi contoh prosesnya.
“Kami memang petani dan pedagang
bunga, tapi kami sangat senang bisa membantu orang. Apalagi mereka ingin tahu
tentang cara menanam bunga yang baik,” kata Sukadi, salah satu petani dan pedagang
bunga di Desa Sidomulyo. (mtn)
Data Desa
Kepala
Desa :
Drs Suharto
Sekdes
:
Hermanto
Kaur
Pemerintahan : Suyanto
Kaur
Pembangunan : Sugianto
Kaur
Kesra : M
Ismail
Kaur
Keuangan : Misnu
Kaur
Umum : Hadi
Suyitno
Kasun
Tinjumoyo : Suwarnito
Kasun
Tonggolari : Juma’ali
Kasun
Sukorembug : Usman Imron
Jumlah
Penduduk : 7.649 Jiwa (2.206
KK)
Luas
Wilayah : 270,821 Ha
Batas
Desa
-Utara : Kecamatan Bumiaji
-Timur : Kecamatan Bumiaji
-Selatan : Kelurahan Sisir
-Barat : Desa Sumber Rejo
Ibu Rumah Tangga
Lebih Berdaya
Berbicara Desa Sidomulyo, tak hanya
tentang panorama alamnya yang indah dengan berbagai macam bunga. Tetapi juga
tentang masyarakat, terutama kaum perempuan dan ibu rumah tangga, yang memiliki
wawasan tinggi. Mereka yang sehari-hari menjadi petani bunga atau ibu rumah
tangga, ternyata tidak kalah dari wanita lain yang berpendidikan tinggi. Mereka
mampu dengan luwes berbicara tentang isu-isu terbaru baik politik, hukum, atau
HAM. Bahkan tak jarang dari mereka yang hafal undang-undang di luar kepala.
Adalah Sekolah Perempuan (SP) Batu
yang membuat para perempuan ini berwawasan tinggi dan melek informasi. SP Batu
yang berpusat di Desa Sidomulyo berdiri sejak 23 Agustus 2013. Di tahun pertama
berdiri, sekolah tersebut mendapatkan respon positif dari masyarakat. Terbukti,
saat pertama kali dibuka, SP Batu langsung mendapatkan 130 orang siswa. Mereka
tidak hanya dari Desa Sidomulyo, tetapi dari desa tetangga seperti Gunungsari,
Sumberrejo, Bulukerto, dan Kelurahan Sisir.
Melihat respon masyarakat yang cukup
baik, Siti Zulaikah, Koordinator SP Batu sangat gembira. Bahkan, ia tidak
menyangka jumlah peserta yang datang kala itu melebihi perkiraannya. “Waktu itu
kami hanya menargetkan 50 orang dengan asumsi dua kelas. Tapi ternyata yang
daftar 130 orang. Jadi kami harus membagi menjadi empat kelas,” cerita Yuli,
sapaan akrab Siti Zulaikah.
Lantaran mayoritas siswanya ibu
rumah tangga, maka waktu pembelajaran menyesuaikan kegiatan mereka. Waktunya dimulai
dari jam 13.00 WIB hingga jam 15.00 WIB, yang rutin dilaksanakan setiap Senin hingga
Kamis pada minggu pertama hingga minggu ketiga.
“Waktu ini dipilih karena pada
umumnya masyarakat selesai bekerja pada jam satu. Kemudian jam tiga biasanya
ada kegiatan desa,” imbuh Rr Dinna Soertia Perwitasari, salah seorang Pengurus
SP Batu yang menyediakan saran pembelajaran sekaligus kantor sekretariat SP di
rumahnya.
Soal materi, SP Batu membagi
materinya menjadi 60 persen pengetahuan dan 40 persen keterampilan. Materi itu
merujuk pada kebutuhan dan pengalaman perempuan yang bersifat praktis dan
strategis. Tujuannya, membangun dan memperkuat kepemimpinan perempuan di
pedesaan.
Setelah satu tahun berjalan, SP Batu
kian dikenal di kalangan masyarakat luas. Di tahun keduanya ini, ada 150 orang
terdaftar menjadi siswa. Bahkan, Kades Sidomulyo, Suharto, terang-terangan siap
memberikan fasilitas yang dibutuhkan. Karena kegiatannya sangat membantu
kemaslahatan warga desa. “Kegiatan mereka sangat membantu program Pemdes dan
PKK. Mereka membantu kami memberdayakan perempuan,” tuturnya. (mtn)
Suharto, Kades
Sidomulyo
Gali Ikon, Fasilitasi
Kebutuhan Masyarakat
Desa Sidomulyo memang dianugerahi
potensi alam yang berlimpah. Panorama yang indah, tanah yang subur, dan udara
yang sejuk membuat Desa Sidomulyo memiliki berbagai macam kelebihan. Selain
lahan yang mampu menghasilkan berbagai tumbuhan, desa tersebut seringkali
menjadi destinasi wisata.
Sadar akan berlimpahnya potensi yang
dimiliki desanya, Kades Sidomulyo, Suharto bertekad menjaga dan melestarikan
potensinya. Semenjak dilantik menjadi Kepala Desa Sidomulyo pada November 2013
lalu, beberapa program dia jalankan sebagai upaya mempertahankan pertanian
bunga yang menjadi ikon desa.
Hal ini dilakukan lantaran dia sadar
meski saat ini bunga sudah menjadi ikon utama tetap perlu dijaga dan
dilestarikan. Karena bagaimana pun setiap sesuatu perlu dijaga dan dilestarikan
agar tetap eksis dan tidak hilang ditelan waktu. Apalagi, mayoritas warga Desa
Sidomulyo menggantungkan kehidupan mereka pada bunga.
“Saya dan perangkat desa yang lain
siap memfasilitasi kebutuhan masyarakat. Terutama yang ada kaitannya dengan
pertanian bunga. Karena bunga ini sudah sangat khas dengan desa ini, jadi
jangan sampai hilang,” kata Suharto.
Ia berinisiatif menyewakan tanah kas
desa kepada para petani agar digunakan sebagai lahan pertanian bunga. Tidak
hanya itu, pihaknya meminta perangkat desa yang tanah bengkoknya tidak
digunakan agar disewakan ke petani yang membutuhkan. Karena Desa Sidomulyo
memang tidak memiliki lahan luas untuk pertanian.
Meski begitu, dengan lahan cukup
sempit dengan luas hanya 100 meter persegi hingga 200 meter persegi, sudah bisa
mencukupi kehidupan satu keluarga. “Karena desa memiliki tanah yang subur dan
cocok untuk pertanian bunga,” papar pria kelahiran 16 Oktober 1966 ini.
Tidak hanya petani bunga yang
mendapat perhatian, keberadaan Sekolah Perempuan (SP) Batu di Dusun Sukorembug
juga tak luput dari perhatiannya. Ia menilai, SP Batu terus berlanjut, bukan
tidak mungkin SP Batu menjadi ikon baru Desa Sidomulyo. Apalagi SP Batu sudah
mengangkat derajat wanita Sidumulyo dan sekitarnya, satu tingkah lebih tinggi. (mtn)
Data Diri
Nama :
Drs Suharto
Tetala :
Batu, 16 Oktober 1966
Istri
: Nasuhin Suharto
Anak :
2 (dua) orang
Cucu : 2 (dua) orang
Penddidikan
Terakhir : S-1 IKIP Budi Utomo
Malang
Tulisan ini dimuat di Majalah Derap Desa Edisi 86, Desember 2014
1 comments:
rb88 Sportsbook Promo Code | $250 Risk-Free Bet
Bet $250 on a $250 sportsbook with Racebook, rb88 is one of the world's leading online sportsbooks and 바카라 betting rb88 sites. Rating: 4.3 · 더킹카지노 Review by Thumbnail.com
Post a Comment