Waktu mendaki puncak malam begitu jauh
Meninggalkan udara beku
Dan sepi yang amat erat mendekap
Sendang unggun yang kunyalakan
Dengan reranting cemara pantaimu
Tak kunjung hangat
Bintang dan rembulan
Terlelap seja senja lalu
Mereka kelelahan temaniku yang tak bosan
Bercerita tentang kepakan sayapmu
Dan denting dawai biola birumu
Yang kau mainkan tiap subuh untukku
Segelas Vodka yang kudapat
Dari negeri matahari
Tak mampu tuk hangatkan darahku
Sedang mendung di kelopak mata
Kian menebal menutup pandangku
Mungkin inilah saatnya
Kurebahkan tubuh ini di pangkuan bumi
Melepas seluruh penat yang menumpuk di kepala
Menikmati tidur panjang tak burujung
Dan melukis pelangi wajahmu di langit mimpi
Namun, sebelum aku benar-benar tertidur
Ku mohon padamu, simpanlah seikat puisi
Yang kukirim kemarin pagi
Karena hanya dengan puisi itu
Aku bisa memanggil dan menyapamu
Mei 2009
Meninggalkan udara beku
Dan sepi yang amat erat mendekap
Sendang unggun yang kunyalakan
Dengan reranting cemara pantaimu
Tak kunjung hangat
Bintang dan rembulan
Terlelap seja senja lalu
Mereka kelelahan temaniku yang tak bosan
Bercerita tentang kepakan sayapmu
Dan denting dawai biola birumu
Yang kau mainkan tiap subuh untukku
Segelas Vodka yang kudapat
Dari negeri matahari
Tak mampu tuk hangatkan darahku
Sedang mendung di kelopak mata
Kian menebal menutup pandangku
Mungkin inilah saatnya
Kurebahkan tubuh ini di pangkuan bumi
Melepas seluruh penat yang menumpuk di kepala
Menikmati tidur panjang tak burujung
Dan melukis pelangi wajahmu di langit mimpi
Namun, sebelum aku benar-benar tertidur
Ku mohon padamu, simpanlah seikat puisi
Yang kukirim kemarin pagi
Karena hanya dengan puisi itu
Aku bisa memanggil dan menyapamu
Mei 2009