Sepi menyeret langkahku yang beku
Dan berselimut luka ke peron yang renta ini
Matahari terlelap di pangkuan langit
Ia kelelahan temaniku seharian
Menunggu kereta yang kau janjikan
Akan mengantarku ke kotamu
Di stasiun ini, sunyi tak pernah tidur
Tak ada lagi penumpang menunggu
Gemericit roda kereta
Sambil duduk di bangku berlumut
Hanya penikmat malam yang tak henti
Menjajahkan hidangan hangat tubuhnya
Yang tetap ramaikan peron ini
Di stasiun ini, ditemani secangkir kopi
Yang tinggal ampas, aku menunggu
Kereta yang kau katakan berwarna putih
Dan di dalamnya berjuta peri
Waktu mendaki puncak malam
Para satpam mengatupkan mata
Saat itu kereta dengan bunyi yang menusuk
Telinga datang, namun warnanya bukan putih
Melainkan hitam dengan bau dupa yang menyengat
“Inilah kereta yang akan menjumputmu
;kereta kematian” kata Azrail
Sambil menepuk pundakku
April 2009
Dan berselimut luka ke peron yang renta ini
Matahari terlelap di pangkuan langit
Ia kelelahan temaniku seharian
Menunggu kereta yang kau janjikan
Akan mengantarku ke kotamu
Di stasiun ini, sunyi tak pernah tidur
Tak ada lagi penumpang menunggu
Gemericit roda kereta
Sambil duduk di bangku berlumut
Hanya penikmat malam yang tak henti
Menjajahkan hidangan hangat tubuhnya
Yang tetap ramaikan peron ini
Di stasiun ini, ditemani secangkir kopi
Yang tinggal ampas, aku menunggu
Kereta yang kau katakan berwarna putih
Dan di dalamnya berjuta peri
Waktu mendaki puncak malam
Para satpam mengatupkan mata
Saat itu kereta dengan bunyi yang menusuk
Telinga datang, namun warnanya bukan putih
Melainkan hitam dengan bau dupa yang menyengat
“Inilah kereta yang akan menjumputmu
;kereta kematian” kata Azrail
Sambil menepuk pundakku
April 2009