Langit begitu cepat berubah
mentari yang riang menyambut pagi
kini telah tak sadarkan diri dengan muka pucat
Benar-benar tak pernah kubayangkan
kota yang kemaren sore masih kuanggap
kota pahlawan ternyata sebuah kota
berpenghuni makhluk-makhluk tak bermuka
yang tak pernah belajar melukis senyum
Di kota ini, tak sekejap pun embun memelukku
meski terkadang malam begitu senang menyambutnya
bintanpun tak pernah mengunjungiku
meski sudah berkali-kali kukirimkan surat padanya
hanya angin dengan muka masam dan berbau alkohol
terus menghampiriku
Di kota ini, dengan bertubuh keringat
kutapakkan kaki, kupejamkan mata
demi menunggu datangnya firman Tuhan
yang kan Jibril bawa untukku subuh nanti
Oktober 2009
mentari yang riang menyambut pagi
kini telah tak sadarkan diri dengan muka pucat
Benar-benar tak pernah kubayangkan
kota yang kemaren sore masih kuanggap
kota pahlawan ternyata sebuah kota
berpenghuni makhluk-makhluk tak bermuka
yang tak pernah belajar melukis senyum
Di kota ini, tak sekejap pun embun memelukku
meski terkadang malam begitu senang menyambutnya
bintanpun tak pernah mengunjungiku
meski sudah berkali-kali kukirimkan surat padanya
hanya angin dengan muka masam dan berbau alkohol
terus menghampiriku
Di kota ini, dengan bertubuh keringat
kutapakkan kaki, kupejamkan mata
demi menunggu datangnya firman Tuhan
yang kan Jibril bawa untukku subuh nanti
Oktober 2009