Sunday 27 February 2011

Surat Laut untuk Langit

Langit, percakapan kita di suatu senja

Di taman kaca

Telah membangkitkan insomniaku

Yang mati sejak tujuh purnama

 

Banyak cerita yang kau lontarkan sore itu

Dengan gaun biru khasmu

;pemberian dari Tuhan

 

Kau mengusap pipiku dengan lembut

Selembut ombakku pada pantai

 

Langit, sejak perjumpaan itu

Aku tak banyak kehilangan mata air kataku

Makhluk-makhluk yang selalu di sampingku

Kini satu-persatu meninggalkan

;air kataku tak lagi seasin dahulu

 

Langit, aku tak lagi menjadi semudra luas

Disemayami berimu ikan warna-warni

Aku hanya sebongkah lubang raksasa

Dipenuhi sampah orang-orang kota nan sombong itu

 

Langit, ingin sekali aku meminangmu dengan puisi

Seperti yang pernah dilakukan Adam pada Hawa

Atau Majnun pada Laila

Tapi aku tahu kau tak mungkin menerimanya

Karna antara laut dan langit masih ada awan dan angin

Sebagai pemisahnya

 

Langit, satu yang ingin aku minta padamu

Sebelum pagi datang bersama awan

Izinkan aku memandangmu lebih lama lagi

Sambil sesekali menunggu hujan darimu

Karena aku butuh hujan satu abad

Untuk kembali menjadi samudra

 

                                    Februari 2011


The Sea’s Melody


:Langit

 

Lelah menjadi alasan utamaku

Untuk tak beranjak dari sini

Kerajaan mimpi penuh gula-gula merah jambu

Tempat pertemukan kita

 

Banyak kisah yang kau ucapkan padaku

Tentang penjual daging di pasar

Tentang pelangi yang bertambah warna putih

Dan tentang detektif dari negeri sakura, paling ku suka

 

Segelas vodka yang selalu temani malamku

Kini tak lagi aku meneguknya

Karena dirimu telah membuang hasratku

 

Namun, sejak sore rapuh kita lalui bersama

Senyummu terasa getir, tak seperti biasa

Membuatku enggan tuk melihatnya

 

Lalu, setelah kau beranjak dari tempat dudukmu sore itu

Elang putih dari negeri seberang

Mengabariku tentang apa yang terjadi antara kau dan awan

;sebuah kabut telah mengikat kalian

 

Ah, kau telah mengeringkan laut kataku

Tapi tak mampu mengembalikannya

 

Biarlah, kau bangun sendiri dongenmu dengan si awan itu

Aku tak mau peduli

Aku akan tetap di sini

Menunggu langitmu menyirami lautku dengan hujan

Untuk mengembalikannya menjadi samudra lagi

 

                                                Februari 2011


Langit, Laut dan Angin

Angin memelukku begitu lembut sore itu

Saat ku dengar celoteh indahmu

Mengalun merdu di tengah kebisangan

Negara api

 

Di sana tak pernah ada langit dan laut

Tapi entah kenapa kau mampu membawakanku

Laut tenang dan langit damai

 

Sore itu, suasana pantai yang sejuk

Dengan langit cerah begitu kurasa

Sedang kau dengan tenang bercerita

Warna langit dan laut

 

Dan cerita itu adalah alkohol terdahsyat

Yang tak pernah ku teguk sebelumnya

 

Lalu, ketika hari manua

Saat aku tersadar

Kau telah pergi meninggalkanku

bersama langit dan lautmu yang ternyata hanya fatamorgana

 

                                    Februari 2011