Sunday 3 January 2010

TAHUN BARU, INDONESIA BARU?

Momen tahun baru telah kita jalani dengan suka cita. Banyak diantara kita yang merayakan momen tersebut dengan berlibur dan berkunjung ke obyek-obyek wisata. Namun pantaskah kita berlibur dan bersuka cita ketika melihat negara kita Indonesia sedang dalam keadaan yang kurang baik seperti saat ini?
Kita tahu sepanjang tahun 2009 lalu, di negara kita terjadi beberapa hal yang cukup membuat pikiran kita pusing terlebih hal itu sangat erat sekali hubungannya dengan pemerintahan negara ini, seperti halnya kasus Bibit-Candra dan Prita Mulyasari yang cukup menarik perhatian publik dan banyak menuai kritikan dari banyak kalangan.
Kasus-kasus yang terjadi ini pun kemudian menjadi tolak ukur sebagian besar masyarakat betapa memprihatinkannya pemerintahan negeri kita ini. Mulai dari penegakan hukum hingga kasus ekonomi yang semakin hari semakin membauat bangsa ini makin terpuruk. Sebuah bukti bahwa mereka para pemerintah hanya mementingkan diri sendiri.
Ketika kita berbicara pemerintahan, penulis teringat dengan ayat Al Qur'an Surat An Nisa’ ayat 59, tentang taat kepada pemerintah atau pemimpin. Yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (Pemimpin) di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” Dari ayat ini, sangat jelas sekali bahwa setiap orang mu’min wajib mematuhi pemerintah atau pemimpinnya, bahkan dari saking wajibnya, kata Ulil Amri (Pemerintah atau Pemimpin) diletakkan setelah Rasul.
Namun ketika kita melihat pada keadaan negara kita sepanjang tahun 2009, muncullah sebuah pertanyaan, pantaskah kita patuh dan taat terhadap pemerintah Indonesia yang nyatanya mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri?. Pertanyaan ini kemudian mengharuskan kita untuk memahami ayat itu lebih dalam. Dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan bahwa kata Ulil Amri dalam ayat ini adalah pemimpin yang ‘Adil dan tidak dzalim. Maksudnya, pemimpin yang hatus kita patuhi tersebut adalah pemimpin yang tidak otoriter, tidak seenaknya saja dalam mengambil keputusan yang ada kaitannya dengan masyarakat serta tidak mementingkan dirinya sendiri.
Dan mari kita lihat pemerintah kita saat ini. Sebelumnya, penulis katakan bahwa penulis tidak ada maksud untuk mengklaim mereka itu dzalim atau tidak pantas menjadi seorang pemimpin. Tapi mari kita lihat fakta yang ada, dari kasus korupsi yang tak lagi dapat kita ingat jelas berapa jumlah kasusnya dan kerugian negara sebagai dampaknya, kasus permainan hukum atau yang baru-baru ini kita istilahkan dengan ‘Mafia Hukum’ yang terjadi pada Bibit-Candra dan Prita Mulyasari hingga kasus Bank Century yang sampai saat ini tidak ditemukan ujungnya.
Dalih Politik
Ada yang mengatakan (bahkan sebagian besar dari mereka) bahwa kasus-kasus yang terjadi tersebut merupakan bagian dari politik. Benarkah? Nah, untuk menyatakan benar atau tidak dalih mereka itu kita perlu mengetahui apa itu politik, meskipun para pembaca pada dasarnya mungkin sudah mengerti ataupun sudah mengetahui apa itu politik.
Kata ‘politik’ secara etimologis berasal dari bahas Yunani Politeia, yang akar katanya adalah polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara dan teia, berarti urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga Negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki. Politics dan policy memiliki hubungan yang erat dan timbal balik. Politics memberikan asas, jalan, arah, dan medannya, sedangkan policy memberikan pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan dan arah tersebut sebaik-baiknya.
Dalam bahasa Inggris, Politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tertentu. Sedangkan policy, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kebijaksanaan, adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan yang dianggap dapat lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita atau tujuan yang dikehendaki. Pengembalian kebijaksanaan biasanya dilakukan oleh seorang pemimpin.
Dari sini kemudian kita dapat memahami bahwa politik atau politics mempunyai kaitan erat dengan kebijaksanaan atau policy. Lalu, kebijaksanaan tersebut adalah proses mempertimbangkan apa yang akan dilakukan untuk mencapai suatu cita-cita atau tujuan. Jadi, jika mereka mengatakan bahwa kasus-kasus yang terjadi di Negara kita ini adalah bagian dari politik, penulis katakan bahwa itu kurang benar. Sebab jika kita mengaca pada arti dari politik itu sendiri, politik adalah alat untuk mencapai cita-cita bersama dari sekumpulan orang-orang atau masyarakat.
Sedangkan masyarakat yang disebut di sini adalah bangsa ini Indonesia di mana tujuan dari bangsa Indonesia adalah menjadi Negara yang maju, sejahtera dan makmur. Bukan menjadi Negara yang kian terpuruk yang kemudian nasibnya semakin hari semakin tidak jelas lantaran adanya kasus-kasus yang dilakukan oleh orang-orang yang katanya peduli terhadap Indonesia.
Terlebih lagi, politik juga mempunyai kaitan erat dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan asal katanya adalah ‘bijaksana’ dalam bahasa Arab juga berarti Al ‘Adlu atau ‘Adil. Kembali kepada yang telah penulis sebutkan di atas tentang seorang pemimpin yang pantas kita patuhi adalah orang yang ‘Adil atau bijaksana tidak dzalim.
Dan jika memang mereka itu merasa dirinya seorang Politikus yang juga beragama Islam dan mengerti Islam tentunya mereka juga tahu bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan kita bagaimana dan apa itu politik. Bukankah politik Rasulullah SAW tidak mengedepankan nafsu, tidak mementingkan diri sendiri?
Nah, dari sini tentunya kita bisa menilai dan mengambil kesimpulan benar atau tidak apa yang telah mereka lakukan yang kemudian mengakibatkan bangsa kian terpuruk. Dan untuk kesekian kalinya penulis katakan, tulisan ini tidak ada maksud untuk mengklaim bahwa pemerintah kita itu jelek atau tidak, pantas atau tidak jadi pemimpin. Sebab tidak semua pemerintah kita itu mempunyai sifat buruk dan terlibat dalam kasus-kasus yang selama ini memusingkan kita, ada juga mereka yang masih bersifat layaknya seorang pemimpin yang diajarkan Islam. Tulisan ini hanya ingin mengajak segenap pembaca di momen tahun baru ini berpikir apakah benar Negara kita Indonesia juga ikut baru? Wallahu ‘Alam.