Saturday 31 October 2009

DI KOTA PAHLAWAN

Langit begitu cepat berubah
mentari yang riang menyambut pagi
kini telah tak sadarkan diri dengan muka pucat

Benar-benar tak pernah kubayangkan
kota yang kemaren sore masih kuanggap
kota pahlawan ternyata sebuah kota
berpenghuni makhluk-makhluk tak bermuka
yang tak pernah belajar melukis senyum

Di kota ini, tak sekejap pun embun memelukku
meski terkadang malam begitu senang menyambutnya
bintanpun tak pernah mengunjungiku
meski sudah berkali-kali kukirimkan surat padanya
hanya angin dengan muka masam dan berbau alkohol
terus menghampiriku

Di kota ini, dengan bertubuh keringat
kutapakkan kaki, kupejamkan mata
demi menunggu datangnya firman Tuhan
yang kan Jibril bawa untukku subuh nanti

Oktober 2009


Saturday 10 October 2009

DIARY BIRU

I
Aku masih tetap di sini,
di sebuah jalan becek penuh cerita
menunggu datangnya seorang wanita berwajah matahari
sambil membaca kembali selembar kertas
yang kuselipkan di diary biruku

Meski senja telah memeluk langit
dan petir terus bernyanyi

II
Aku akan tetap di sini menunggunya
sambil terus bernyanyi dan menulis sejuta puisi
di diary kusam ini

Meski aku tahu wanita itu tak mungkin datang
karena dia telah bersanding
dengan seorang pangeran buruk rupa
dan mengucap janji suci bersamanya

Karena bagiku, tetap di sini
aku bisa merampungkan tujuh kitab puisi
yang akan kupersembahkan pada sang surya paras
lima ada lagi
di firdaus dunia
;aku akan memetik buah-buah mimpi di sana

September 2009