Wednesday 20 May 2009

PUISI SEBELUM TIDUR

Waktu mendaki puncak malam begitu jauh
Meninggalkan udara beku
Dan sepi yang amat erat mendekap
Sendang unggun yang kunyalakan
Dengan reranting cemara pantaimu
Tak kunjung hangat

Bintang dan rembulan
Terlelap seja senja lalu
Mereka kelelahan temaniku yang tak bosan
Bercerita tentang kepakan sayapmu
Dan denting dawai biola birumu
Yang kau mainkan tiap subuh untukku

Segelas Vodka yang kudapat
Dari negeri matahari
Tak mampu tuk hangatkan darahku
Sedang mendung di kelopak mata
Kian menebal menutup pandangku

Mungkin inilah saatnya
Kurebahkan tubuh ini di pangkuan bumi
Melepas seluruh penat yang menumpuk di kepala
Menikmati tidur panjang tak burujung
Dan melukis pelangi wajahmu di langit mimpi

Namun, sebelum aku benar-benar tertidur
Ku mohon padamu, simpanlah seikat puisi
Yang kukirim kemarin pagi
Karena hanya dengan puisi itu
Aku bisa memanggil dan menyapamu

Mei 2009


Saturday 9 May 2009

MENUJU RUMAH ABADI

Temaram senja telah pergi
Menyisakan sepi yang mengental
Di dasar kalbu

Angin sepoi berganti badai
Yang berduet dengan petir beribu votl
Mengguncang bumi renta
Mengusir rembulan dan bintang
Dari pangukuan langit

Malam ini, beribu tentara Azrail
Mengitari bumi dengan wajah suram
Membuat burung-burung tak bernyanyi
Dan pepohonan tak menari

Akhirnya, tibalah waktu aku harus pergi
Meninggalkan riak sungai yang menyejukkan
Dan pantai Slopeng dengan sejuta pasir

Nia, peliharlah awan merah muda
Yang kuikat di belakang gubukku
Dan biola dengan lukisan pelangi di dawainya
Agar bila nanti kau mengingatku kembali
Aku akan menyapamu lewat dawai biola itu
Dan akan kukirim hujan dengan awan itu
Dari rumah abadi

Mei 2009