Tuesday 24 February 2009

AKHIR CERTIA; REUNI LASKAR PELANGI


Judul Buku : Maryamah Karpov
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : Pertama, Nopember 2008
Tebal : 504 Halaman

Bermimpilah karena tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.

(Andrea Hirata dalam novel Sang Pemimpi)

Di penghujung 2008 kemarin, Andrea Hirata, Penulis Tetralogi Laskar Pelangi meluncurkan buku terakhir dari Tetralogi Laskar Pelangi yang berjudul Maryamah Karpov. Yups, buku yang ditunggu-tunggu para pecinta buku tersebut merupakan janji Andrea untuk menghatamkan kisah Ikal dan kawan-kawan dalam tetralogi Laskar Pelangi.

Kisah bermula dari detik-detik kepulangan Ikal ke Indonesia setelah menyelesaikan studi magisternya di Univesitas Sorbone Perancis. Dalam sekejap kemewahan yang dirasakan Ikal di Perancis hilang ketika ia menginjakkan kakinya di tanah air tercinta, Indonesia, dia kembali merasakan kehidupan yang serba kekurangan. Ikal yang lulusan luar negeri harus menghadapi masalah yang sama dengan para lulusan sekolah tinggi negeri ini; menjadi pengangguran. Tak heran bila kali ini Andrea banyak menyelipkan kritik sosial dalam bukunya.

Dan dari sinilah Ikal mengingat kenangan-kenangannya bersama sang ayah yang digambarkan dengan sosok pendiam yang tabah menghadapi segala macam masalah. Serta mempelajari kebudayaan orang melayu yang biasa membual, menambahkan cerita yang berlebihan dari kenyataan dan menambah julukan di belakang nama asli dengan maksud mengejek dan mengolok-olok, seperti Mahmuddin Pelupa, diberi julukan pelupa karena dia sering lupa setiap apa yang telah kerjakaan dan Munawwir Berita Buruk yang sering mengumumkan berita kematian ke seluruh kampung lewat toa.

Sampai suatu ketika ditemukan mayat di pantai dengan tanda tato kupu-kupu yang mengingatkan Ikal pada A Ling, kekasihnya yang telah ia cari ke seluruh penjuru dunia. Dengan insting keingintahuan yang dimilikinya, akhirnya Ikal mendapatkan informasi bahwa mayat yang diperkirakan masih mempunyai hubungan darah dengan A Ling itu di bunuh di pulau batuan tempat para Lanun (Bajak Laut). Lalu dilmulailah petualangan Ikal mencari kembali cintanya yang hilang.

Petualangan itu diawali dengan mencari perahu yang siap mengantarkannya ke Batuan, namun tak ada satupun pelaut yang siap menyewakan perahu atau mengantarkannya ke batuan. Tapi bukan Ikal namanya jika mudah menyerah, dia pun mencari jalan lain yaitu dengan membuat perahu sendri, tapi dia tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Lalu, muncullah anggota Laskar Pelangi satu-persatu tak terkecuali si cerdas Lintang dan si para normal muda Mahar yang siap membantunya. Dengan bantuan dari anggota Laskar Pelangi tersebut, terutama ide-ide cerdas dan rumus fisika Lintang perahu itu rampung dan siap untuk berlayar mencari A Ling. Ikal pun berlayar menuju Batuan pulau Lanun untuk mencari cintanya; A Ling.

Ada yang sangat disayangkan dari buku ini yaitu kolerasi antara judul yang dipilih dengan isi cerita dalam buku ini. Agak menungggu-nunggu akan hadirnya konflik atau keterangan berarti lainnya tentang sosok Mak Cik Maryamah Karpov yang selalu mengajakrkan langkah bermain catur denganrumus Karpov pada para pelanggan Kedai Kopi Usah Kau Kenang Lagi. Sayangnya, Maryamah Karpov, ibu nurmi sang pemain biola, hanya dikisahkan dalam secuil fragmen dalam buku ini. Menurut pendapat saya buku ini lebih panatas diberi judul Mimpi-Mimpi Lintang. Ditambah lagi ketika Ikal hendak berpetualang untuk mecari A Ling, di dalam buku ini tidak dijelaskan tanggapan orang tua Ikal tentang petualanggannya mencari A Ling, apa mereka setuju atau tidak. Padahal itu sangat ditunggu oleh pembaca yang kemudian di akhir cerita novel ini mereka tidak setuju dengan hubungan Ikal dan A Ling.

Jika dalam buku sebelumnya (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor) Andrea menulis dengan plot yang agak lamban, maka dalam buku ini, kelambanannya seakan berlipat-lipat. Sehingga pembaca harus sabar membaca dan menikmati novel ini. Rasanya, membaca karya Andrea satu ini seakan membaca catatan hariannya, tapi sekali lagi, sebelumnya Andrea pernah mengatakan bahwa buku keempatnya ini adalah sebuah karya sastra yang terinspirasi oleh memoar-memoar hidupnya.

Namun tidak adil rasanya jika dalam resensi ini saya tidak menyebutkan kelebihan-kelebihan buku ini. Masih sama dengan tiga buku sebelumnya buku ini masih dipenuhi dengan rangkaian kata yang memikat sehingga pembaca tidak merasa jenuh membaca buku setebal 504 halaman ini. Dan juga dengan kemahiran Andrea merangkai kata-kata dia mencoba mengeksplor kekayaan budaya melayu yang unik tentang pola hidup mereka, tentang pola pikir mereka, khusunya yang berada di kawasan Belitong, kita kembali disadarkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai banyak kebudayaan.

Dan dalam buku ini juga Andrea mencoba mengajak kita memahami apa arti sebuah persahabatan, persahabatan para Laskar Pelangi yang takkan mampu dimakan dan dibunuh waktu, Laskar Pelangi merupakan sekumpulan sahabat yang takkan mati rasa persahabatannya karena waktu, persahabatan mereka akan abadi. Dan untuk lebih jelasnya silahkan anda baca langsung Maryamah Karpov. Selamat Membaca!.


TIGA GULUNGAN PUISI


I
Aku tak tahu
Apa kau pernah mengirimiku segulung puisi
Tapi dari sudut cahaya matamu
Kutemukan lukisan wajahku

Segelas susu beraroma tubuhmu
Yang kau berikan saat peperangan badai
Telah pupus hangatnya
Hasratku hilang tuk meminumnya

II
Aku tak tahu 
Apa kau pernah teriakkan namaku
Di pantai Slopeng  sana
Tapi tumpukan pasir nan batu itu mengabariku
Kau pernah bercerita tentangku
Pada ombak dan laut

III
Biarlah burung-burung mencaciku
Dan daun-daun kelapa mecemoohku
Aku tetap menyiapkan makan malam untukmu
Meski ku tahu kau takkan datang malam ini

Februari 2009


SEGELAS SALAM SEBELUM SEMEDI SUNYI

Jika langit menutp dirinya 

Dengan sutra hitam

Dan rembulan terlelap di pangkuannya

Aku akan pergi


Biarlah bidadari timur laut itu menangis

Aku takkan kembali

Sebab gulungan puisi yang kuberikan 

Saat gerhana matahari akan mengahpus air matanya


Biarlah jagung-jagung rindu yang kupupuk 

Tiap fajar tiba gagal panen

Karena galaksi yang akan aku singgahi

Tanahnya subur,

Akan kutanam lagi di sana


Dan untukmu malam 

Kutitipkan segelas maaf  untuk raja dan ratu

Aku takut merkea marah


Selamat tinggal, 

Kita berjumpa satu abad lagi

Saat semedi sunyiku selesai

Dan bidadari itu tak lagi mengenalku


Februari 2009